ـ֓҉ऺـ༻❁༻ ﷽ ༺❁༺ـ֓҉ऺـ
*Hakikat Kemerdekaan (2)*
Kemerdekaan, pada hakikatnya, bukanlah semata-mata membebaskan diri dari belenggu penjajahan asing. Tetapi lebih dari itu, kemerdekaan yang hakiki adalah kemampuan untuk membebaskan diri dari belenggu hawa nafsu. Manusia yang merdeka adalah manusia yang mampu memerdekakan dirinya dari berbagai penghambaan kepada selain Allah SWT.
Seorang pejabat atau pemimpin yang merdeka adalah pejabat/pemimpin yang mampu membebaskan dirinya dari ambisi-ambisi pribadi (dan kelaurganya), dan hanya memikirkan kepentingan dan kesejahteraan rakyatnya. Dia memandang jabatan itu sebagai amanah yang harus dipertangungjawabkan di hadapan Zat yang maha Merdeka, yaitu Allah SWT. Ia akan selalu berusaha untuk mengikis habis ruang-ruang bagi berkembangnya praktik-praktik KKN. Seorang ulama/cendikiawan yang merdeka adalah ulama yang hanya takut kepada Allah SWT yang selalu menyuarakan kebenaran dan keberpihakan kepada masyarakat banyak. Ia tidak akan melakukan upaya pembodohan kepada masyarakat, apalagi dengan menggunakan dalil-dalil dan alasan-alasan yang sengaja didistorsikan atau disalahtafsirkan.
”Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Fathiir: 28).
Seorang penegak hukum (hakim, jaksa, polisi maupun pengacara) yang merdeka adalah orang yang memiliki komitmen kuat untuk menjadikan hukum yang benar sebagai panglima. Asas keadilan dan obyektivitas akan benar-benar dijunjungnya. Ia tidak akan berani mempermainkan hukum hanya karena iming-iming jabatan atau materi. Hukum ditegakkan tanpa pandang bulu.
Seorang pegawai yang merdeka adalah orang yang berusaha mengoptimalkan potensi dirinya untuk meraih prestasi kerja yang baik dan bermanfaat, dengan landasan ibadah kepada Allah dan mencari rezeki yang halal. Rakyat dan bangsa yang merdeka adalah rakyat yang kritis dan bertanggungjawab terhadap keselamatan dan kemaslahatan bangsanya, serta menjadikan amar ma'ruf nahyi munkar sebagai bagian integral dari kehidupannya. Rakyat yang merdeka tidak mudah diprovokasi oleh unsur-unsur yang tidak bertanggungjawab yang bermaksud menjadikan mereka sebagai obyek perasan dan kuda tunggangan.
Kita sadar betul bahwa kemerdekaan yang sudah berusia lebih datri setengah abad ini belum mampu menghantarkan masyarakat dan bangsa kita kepada kemerdekaan yang hakiki. Kita masih dihadapkan pada kenyataan adanya penjajahan dalam berbagai bidang kehidupan, sehingga krisis demi krisis datang silih berganti seolah tidak akan pernah berakhir. Krisis kepemimpinan, krisis politik, krisis ekonomi, krisis sosial, krisis hukum dan krisis akhlak. Semuanya merupakan pekerjaan rumah yang semakin kompleks dan berat.
Untuk itu, dalam momentum peringatan HUT Kemerdekaan RI kali ini. kita semua harus melakukan langkah-langkah berikut:
Pertama, kita semua harus mawas diri (muhasabah) dan bertobat dengan sebenar-benarnya tobat kepada Allah SWT atas segala sepakterjang kita selama ini yang mencerminkan pengingkaran terhadap ketentuan Allah SWT. Berbagai perilaku buruk, seperti senang mencaci maki, menfitnah, melemparkan kesalahan kepada orang lain, melakukan kebohongan publik, harus segera kita hentikan. Makna syukur terhadap nikmat kemerdekaan harus diluruskan kembali. Jangan sampai orang lain, melakukan kebohongan publik, harus segera kita hentikan. Makna syukur terhadap nikmat kemerdekaan harus diluruskan kembali. Jangan sampai ungkapan rasa syukur justru malah mengundang azab Allah yang lebih besar, seperti upacara seremonial (penurunan bendera) yang dilakukan sore hari sampai meninggalkan waktu shalat maghrib, dan mengadakan kegiatan kesenian semalam suntuk yang jauh dari nilai-nilai agama.
Kedua, mengisi kemerdekaan dengan kegiatan dakwah, yaitu mengajak diri, keluarga dan lingkungan terdekat pada perbuatan yang ma'ruf dan menjauhkan mereka dari perbuatan yang munkar sehingga melahirkan masyarakat yang memiliki kekuatan akhlakul karimah.
Ketiga, berusaha menggali potensi sumber daya yang dimiliki, baik insani maupun alam, dengan penuh kesungguhan, kekuatan dan kebersamaan dari seluruh komponen bangsa sehingga mampu membebaskan diri dari ketergantungan terhadap kekuatan asing.
Keempat, setiap kita harus berusaha untuk menjadi contoh dan figur manusia yang merdeka.
Official resmi Pesantren Darul Musthofa Assayaniyah
Follow instagram : @darul_musthofa_assayaniyah
Follow telegram : http://t.me/Darulmusthofaassayaniyah
Blog :
Www.Darulmusthofaassayaniyah.blogspot.com
#akhlak #budipekerti #motivasi #inspirasi #spiritual #qolbu #hati #heart #cinta #love #jiwa #ruhani #psikologi #pikiran #mind #inspiration #motivation #soul #batin #seni #katamutiara #quotation #hijrah #ihsan #majelis #pesantren
*Hakikat Kemerdekaan (2)*
Kemerdekaan, pada hakikatnya, bukanlah semata-mata membebaskan diri dari belenggu penjajahan asing. Tetapi lebih dari itu, kemerdekaan yang hakiki adalah kemampuan untuk membebaskan diri dari belenggu hawa nafsu. Manusia yang merdeka adalah manusia yang mampu memerdekakan dirinya dari berbagai penghambaan kepada selain Allah SWT.
Seorang pejabat atau pemimpin yang merdeka adalah pejabat/pemimpin yang mampu membebaskan dirinya dari ambisi-ambisi pribadi (dan kelaurganya), dan hanya memikirkan kepentingan dan kesejahteraan rakyatnya. Dia memandang jabatan itu sebagai amanah yang harus dipertangungjawabkan di hadapan Zat yang maha Merdeka, yaitu Allah SWT. Ia akan selalu berusaha untuk mengikis habis ruang-ruang bagi berkembangnya praktik-praktik KKN. Seorang ulama/cendikiawan yang merdeka adalah ulama yang hanya takut kepada Allah SWT yang selalu menyuarakan kebenaran dan keberpihakan kepada masyarakat banyak. Ia tidak akan melakukan upaya pembodohan kepada masyarakat, apalagi dengan menggunakan dalil-dalil dan alasan-alasan yang sengaja didistorsikan atau disalahtafsirkan.
”Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Fathiir: 28).
Seorang penegak hukum (hakim, jaksa, polisi maupun pengacara) yang merdeka adalah orang yang memiliki komitmen kuat untuk menjadikan hukum yang benar sebagai panglima. Asas keadilan dan obyektivitas akan benar-benar dijunjungnya. Ia tidak akan berani mempermainkan hukum hanya karena iming-iming jabatan atau materi. Hukum ditegakkan tanpa pandang bulu.
Seorang pegawai yang merdeka adalah orang yang berusaha mengoptimalkan potensi dirinya untuk meraih prestasi kerja yang baik dan bermanfaat, dengan landasan ibadah kepada Allah dan mencari rezeki yang halal. Rakyat dan bangsa yang merdeka adalah rakyat yang kritis dan bertanggungjawab terhadap keselamatan dan kemaslahatan bangsanya, serta menjadikan amar ma'ruf nahyi munkar sebagai bagian integral dari kehidupannya. Rakyat yang merdeka tidak mudah diprovokasi oleh unsur-unsur yang tidak bertanggungjawab yang bermaksud menjadikan mereka sebagai obyek perasan dan kuda tunggangan.
Kita sadar betul bahwa kemerdekaan yang sudah berusia lebih datri setengah abad ini belum mampu menghantarkan masyarakat dan bangsa kita kepada kemerdekaan yang hakiki. Kita masih dihadapkan pada kenyataan adanya penjajahan dalam berbagai bidang kehidupan, sehingga krisis demi krisis datang silih berganti seolah tidak akan pernah berakhir. Krisis kepemimpinan, krisis politik, krisis ekonomi, krisis sosial, krisis hukum dan krisis akhlak. Semuanya merupakan pekerjaan rumah yang semakin kompleks dan berat.
Untuk itu, dalam momentum peringatan HUT Kemerdekaan RI kali ini. kita semua harus melakukan langkah-langkah berikut:
Pertama, kita semua harus mawas diri (muhasabah) dan bertobat dengan sebenar-benarnya tobat kepada Allah SWT atas segala sepakterjang kita selama ini yang mencerminkan pengingkaran terhadap ketentuan Allah SWT. Berbagai perilaku buruk, seperti senang mencaci maki, menfitnah, melemparkan kesalahan kepada orang lain, melakukan kebohongan publik, harus segera kita hentikan. Makna syukur terhadap nikmat kemerdekaan harus diluruskan kembali. Jangan sampai orang lain, melakukan kebohongan publik, harus segera kita hentikan. Makna syukur terhadap nikmat kemerdekaan harus diluruskan kembali. Jangan sampai ungkapan rasa syukur justru malah mengundang azab Allah yang lebih besar, seperti upacara seremonial (penurunan bendera) yang dilakukan sore hari sampai meninggalkan waktu shalat maghrib, dan mengadakan kegiatan kesenian semalam suntuk yang jauh dari nilai-nilai agama.
Kedua, mengisi kemerdekaan dengan kegiatan dakwah, yaitu mengajak diri, keluarga dan lingkungan terdekat pada perbuatan yang ma'ruf dan menjauhkan mereka dari perbuatan yang munkar sehingga melahirkan masyarakat yang memiliki kekuatan akhlakul karimah.
Ketiga, berusaha menggali potensi sumber daya yang dimiliki, baik insani maupun alam, dengan penuh kesungguhan, kekuatan dan kebersamaan dari seluruh komponen bangsa sehingga mampu membebaskan diri dari ketergantungan terhadap kekuatan asing.
Keempat, setiap kita harus berusaha untuk menjadi contoh dan figur manusia yang merdeka.
Official resmi Pesantren Darul Musthofa Assayaniyah
Follow instagram : @darul_musthofa_assayaniyah
Follow telegram : http://t.me/Darulmusthofaassayaniyah
Blog :
Www.Darulmusthofaassayaniyah.blogspot.com
#akhlak #budipekerti #motivasi #inspirasi #spiritual #qolbu #hati #heart #cinta #love #jiwa #ruhani #psikologi #pikiran #mind #inspiration #motivation #soul #batin #seni #katamutiara #quotation #hijrah #ihsan #majelis #pesantren
Comments
Post a Comment