ـ֓҉ऺـ༻❁༻​  ﷽   ༺❁​༺ـ֓҉ऺـ​

*Misteri Dibalik Jendela Batin (1)*

Didalam batin kita ternyata ada khasanah yang agung melebihi kebesaran Jagad Semesta. Kita bisa melihatnya, bukan dengan mata kepala, tetapi dengan matahati kita. Apa yang tampak dalam wujud fisik kita hanyalah lambang belaka dari hakikat yang ada didalam dada.

Jika saja ada anatomi batin, tentu saja ada penglihatan, rasa dan pendengaran batin, bahkan ada Ibadah-ibadah yang mesti dilakukan oleh batin kita, sebagaimana keharusan yang dilakukan oleh gerak-gerik fisik kita.

Kalau kita merasa bersedih, dimanakah tempat bersedih? Kalau kita bergembira, dimanakah tempat kegembiraan itu? Kalau kita sedang mencintai, dimanakah tempatnya cinta? Kalau kita sedang rindu dimanakah rindu itu sesungguhnya?  Kalau kita sedang menikmati, dimanakah wilayah nikmat dalam batin kita?

Allah memiliki Sebuah Nama yang disebut dengan Al-Baathin (Yang Maha Batin),  lalu apa hubungannya dengan nuansa batiniyah dan lahiriyah kita? Bagaimana batin kita bisa merasakah gelap dan terang?

Ada apa  dengan batin kita? Tiba-tiba kita menanyakan sesuatu yang selalu hadir, tetapi terasa misterius, dan sehari-hari, terkadang kita biarkan mengalir dengan sendirinya, tanpa kita berhasrat untuk mengusik lebih jauh.  Tetapi siapa yang bisa membendung kerinduan batin itu sendiri untuk hadir dalam penyaksian jiwa kita, dan mengenal Sang Penggerak Batin, Yang Maha Al-Bathin, Allah Ta’ala?

Ketika waktu menembus tengah malam, kita seperti sedang  mengembara di jagad semesta. Di balik jubah hitam yang menyelimuti semesta itu, tanpa terasa kita telah menggapai satu bintang ke bintang lainnya. Tetapi kita tidak pernah menjenguk diri kita, apa dan siapa yang tadi mengembara ke cakrawala malam itu? Mengapa sebegitu mudah, seakan-akan seluruh cakrawala itu ada di genggaman kita? Apakah seluruh benda-benda di langit, di bumi dan bahkan makhluk-makhluk Allah di langit itu memiliki hubungan erat dengan diri kita?

Mari kita ketuk pintu batin kita, untuk sekadar membuka hakikat-hakikat dibalik misteri perjalanan hidup kita, lalu kita teguhkan keyakinan-keyakinan kita, yang selama ini naik turun diantara lembah-lembah ngarai, puncak-puncak bukit dan jurang-jurang kehidupan. Lalu muncul adalah perasaan suka dan duka, sedih dan bahagia, bahkan keharuan-keharuan yang tak terhingga, bahkan berlanjut dengan sejuta pertanyaan yang memburu kita. Kita mulai memasuki fakta dan hakikat sesungguhnya, kebenaran-kebenaran yang tidak hanya kita pandang dari sudut  dan bilik-bilik pemikiran kita, tetapi sudah mulai menampkkan bayang-bayang, sampai pada titik tertentu, adalah gambaran sesungguhnya tentang kita, diri kita, hakikat kita.

Dalam ruang dalam di dada kita (limaa fish shuduur) ternyata ada kehidupan yang sesungguhnya. Di ruang tengah ada jantung , yang terletak di sisi dada kiri kita, dan itulah yang disebut Qalbu. Dunia Qalbu adalah sentra dari seluruh aktivitas batin kita, yang secara organik termekanis oleh gerak gerik batin kita. Dan Qalbu lah yang memutuskan untuk menerima atau menolak. 
Al-Hujjatul Islam Abu Hamid al-Ghazaly secara cemerlang membedah anatomi batin kita dalam kitabnya Al-Ihya’, dengan uraian yang begitu sistematis, menggambarkan organisasi batin ini. Sebab jauh-jauh Rasulullah SAW, telah mengisyaratkan adanya “segumpal darah” yang sangat menentukan kebaikan dan keburukan kita. Al-Ghazali membagi sudut utama batin menjadi Qalbu, Ruh, Nafsu dan Akal. Sementara Syeikhul Akbar Muhyiddin Ibnu Araby, membuat klasifikasi, dengan, Al-Fikr, Al-‘Aql, Al-Fu’ad dan Al-Lubb.

Qalbu itulah yang dikatakan sebagai Hakikat Manusia. Hakikat yang terus menerus bergerak mengatur organisme ruhaninya.  Dan karenanya, Qalbu disebut sebagai Lathifah Rabbaniyah, yang mengenal dimensi Ketuhanan, sebab Allah berada diantara person dan qalbunya.

Qalbu yang sesungguhnya bermakna berbolak balik, karena fungsi qalbu itu sendiri yang senantiasa menjadi fokus tarik menarik antara Ruh dan Nafsu kita. Ruh yang terus menerus menghembuskan nafas kebajikan menuju kepada Allah, sementara  Nafsu mencemarkan dengan udara kotor yang menyeret Qalbu agar berbuat jahat, buruk dan  destruktif, melalui kebinatangan nafsu dan kebuasannya. Di sela-sela tarik-menarik itulah syetan memasuki ruang dalam bilik-bilik peredaran darah yang mengaliri seluruh diri kita.

Qalbu itulah yang kelak disebut sebagai Arasy, atau cermin dari Arasy Ilahi. Dan  sebab itu, dalam Hadits Nabi  Saw, dikatakan, “Qalbu seorang Mukmin adalah Arasy Allah.” Istana Ilahi yang ada dalam diri kita. Jika dada spiritual kita disebut Al-Kursi, maka Qalbu adalah Arasy nya. Seluruh wilayah di dalam dada akan diorganisir menurut perintah Qalbu. Qalbu yang dipenuh cahaya CintaNya, sehingga sang hamba memenuhi ruang qalbu dengan mencintaiNya, adalah Qalbu para Auliya’Nya.

Official resmi Pesantren Darul Musthofa Assayaniyah

Follow instagram : @darul_musthofa_assayaniyah

Follow telegram : http://t.me/Darulmusthofaassayaniyah

Blog :
Www.Darulmusthofaassayaniyah.blogspot.com

#akhlak #budipekerti #motivasi #inspirasi #spiritual #qolbu #hati #heart #cinta #love #jiwa #ruhani #psikologi #pikiran #mind #inspiration #motivation #soul #batin #seni #katamutiara #quotation #hijrah #ihsan #majelis #pesantren

Comments

Popular posts from this blog