ـ֓҉ऺـ༻❁༻​  ﷽   ༺❁​༺ـ֓҉ऺـ​

*Misteri Dibalik Jendela Batin (3)*

Jika Nafsu (syahwat dan ghadab), Ammarah, itu melahirkan sifat-sifat Madzmumat (tercela), seperti Kufur, Syirik, Iri, Dengki, Takabbur, Riya’, Mencintai Dunia, Ta’jub pada diri (keakuan), Merasa paling bisa dan hebat, Menuruti Syahwat, Ghibah (menggunjing), Ambisius, Serakah, Dzalim, Nifaq, Fasiq, dan seluruh sifat tercela yang bisa menghancurkan diri sendiri, justru sebaliknya jika Allah melimpahkan rahmat pada Nafs, maka akan mengalami transformasi menuju kesempurnaan nafsu itu sendiri, dengan sejumlah predikat Akhlak al-Mahmudah (terpuji), seperti kehambaan, ketaubatan, kezuhudan, kewara’an’ kesyukuran, keridhaan, ketawakkalan, qanaah, dan sampai tahap-tahab Mahabbah dan Ma’rifah.

Nafsu yang bisa terasah dalam kecermelangan, pada mulanya bisa berada dalam ketenteramannya dan seterusnya. Tetapi ketika didominasi oleh Ammarah dan Lawwamah, akan semakin terjerembab oleh lumpurnya sendiri.

Namun perlu diingat dalam Nafsu manusia ada empat dimensi buruk:
1) Sifat-sifat keganasan atau kebuasan yang melhirkan emosi marah.
2) Sifat-sifat hewaniyah yang berperilaku bak binatang. Kedua sifat diatas akan melahirkan rasa senang terhadap kejahatan, kemenangan, pemaksaan, rekayasa buruk dan pengkhianatan. Dari sinilah melahirkan sifat yang ke
3) Sifat-sifat Syaithaniyah. Dan ke
4) Sifat-sifat Rabbaniyah, yaitu sifat yang berambisi ingin menyamai Tuhan, ingin dipuja, ingin disembah, ingin dicatat nama kebesarannya.

Dimensi batin lain yang tak kalah pentingnya adalah Akal. Dalam hadits Nabi disebutkan, “Awal mula yang diciptakan oleh Allah adalah Akal. “ Hadits lain menyebutkan, “Qalam”, dan hadits lain lagi menyebutkan “An-Nuur”. Ketiganya, Akal, Qalam dan Nur, sesungguhnya satu wilayah dengan istilah berbeda. Fungsi akal adalah melihat yang benar dan yang salah, yang kelak akan diputuskan oleh Qalbu apakah yang benar itu diterima dan yang salah itu ditolak, adalah tergantung keputusan Qalbu.

Kedudukan Akal di sisi Qalbu, ibarat kedudukan raja dengan perdana menterinya. Sedangkan badan kasar kita adalah wilayah kekuasaannya.

Akal manusia hanya bisa melahirkan kebijaksanaan-kebijaksanaan, tetapi akal tidak bisa memutuskan suatu keyakinan. Karena keyakinan itu wilayahnya Qalbu. Oleh sebab itu sehebat apa pun akal manusia, maka akal manusia tidak bisa menyerap dimensi spiritual yang hakiki. Ia sebatas berada dalam paradigma filsafatan saja. Maka bila akal ditanya, “Wahai akal, apakah sesungguhnya induk dari pengetahuan anda ini?” Ia akan menjawab, “Induk Ilmu pengetahuan adalah filsafat.” Lalu ditanya apakah induk filsafat itu? Akal tak mampu menjawabnya. Qalbu lah yang mampu menjawabnya. “Induk filsafat adalah Ahli Dzikir.”

Dalam organisme Batin kita kelak akan berhubungan dengan pengetahuan-pengetahuan ruhaniyah dalam pantulan dengan Cahaya Allah (An-Nuur). Maka lembaga batin inilah yang bisa memandang hubungan-hubungan organisma antara  kekayaan batinnya dengan Iradah dan Qudrat Allah Ta’ala, termasuk dalam merespon Akhlaq-Akhlaq Allah dalam kefanaan hambaNya, dan kebaqaan-Nya.

Official resmi Pesantren Darul Musthofa Assayaniyah

Follow instagram : @darul_musthofa_assayaniyah

Follow telegram : http://t.me/Darulmusthofaassayaniyah

Blog :
Www.Darulmusthofaassayaniyah.blogspot.com

#akhlak #budipekerti #motivasi #inspirasi #spiritual #qolbu #hati #heart #cinta #love #jiwa #ruhani #psikologi #pikiran #mind #inspiration #motivation #soul #batin #seni #katamutiara #quotation #hijrah #ihsan #majelis #pesantren

Comments

Popular posts from this blog